Rabu, 22 Januari 2014

EGOIS

Hrus saya akui saya memang egois. Cukup egois untuk memandang suatu hal dari satu sisi saja, dan seketika saat itu juga menyimpulkan hal itu dan biasanya berkesimpulan negatif.
Langsung saja tidak usah berbelit-belit. Contoh ringan:

1. Ketika ada teman tertimpa musibah atau masalah, dan kita bilang, "kalo aku jadi kamu ya, aku bakal,,,pung pung pung..." dan ketika teman kita melakukan kebalikannya, kita langsung mengejudge negatif.
Coba deh pikir-pikir, ini egois kan ya? ya karna itu, kita hanya melihat masalah itu ketika terjadi pada diri kita dan pada faktanya keadaan kita dengan teman yang tertimpa masalah berbeda. Coba kalau kita membayangkannya itu dengan cara kita menjadi teman kita, bukan sekedar raga, tetapi perasaan, lingkungan dan keadaan...bisa jadi kita akan melakukan hal yang sama. Dengan begitu kita tidak akan berpikiran negatif setidaknya.
Dan untuk poin ini, saya menyimpulkan, bila ada teman anda memita solusi atas masalah yang diembannya, berikanlah solusi yang rasional, dan tentu saja melihat perasaan, keadaan, dan tipe orang.Jika temanmu tidak melakukannya, maka katakanlah, "Carilah solusi dalam dirimu sendiri, karena sesungguhnya yang mampu menyelesaikan masalahmu, ya kamu" Mungkin memang terdengar egois, tp turst me, it works. Kenapa bisa begitu? karena pengalaman menyadarkan segalanya, entah berapa petuah yang keluar dari mulut ini pada ...... dan teman melakukan hal kebalikannya. Betapa ngebetein ya :')

2. Hal egois yang kedua adalah, memahami sesuatu yang salah dan tahu mana yang benar, tetapi memilih diam untuk memperbaharui sistem. Karena apa? lagi-lagi pandangan sebelah mata dari orang-orang sekitar yang sudah terbayang horor dalam benak, padahal belum terjadi. Lebih tepatnya, masih harus sadar, siapa saya, saya ini apa, dan apa tugas saya. Yang bisa saya lakuakan hanyalah terus memantau dan berharap entah kapan suatu saat nanti sistem bisa berubah, menjadi bersih. Pada saatnya nanti, semoga saya dan generasi saya tidak menutup hati untuk membenarkan yang salah, dan menjadi salah satu penegak perubahan.
Untuk poin dua ini terlalu banyak yang diimplisitkan, karena tentu saja, pemahaman saya masih cetek, jadi masih membungkam untuk mencerca ini itu.

3. Poin ketiga ini hanya sepele, tetapi menurut saya sangat ironis. Langsung ke fakta yang ada seperti, banjir yang terjadi dimana-mana di awal tahun ini. Kita bisa melihat bagaimana penderitaan mereka lewat televisi, sedang kita yang Alhamdulillah masih aman hanya memandang dan terkadang dengan rasa tidak bersalah bilang, "Ih jijik banget sih, masa renang di air banjir?" rasanya ingin menampar diri sendiri ketika itu! Coba kita pikirin kalau kita berada di posisi mereka, masih mending mereka bisa berbahagia di tengah-tengah musibah, ya walaupun entah apa nanti resikonya.
Nah di poin ini marilah coba kita memandang lebih nyata dengan cara besyukur dengan segala keadaan kita dan mendoakan saudara-saudara kita yang sedang kesusahan.


Sebenernya untuk menyampaikan ke-egois-an saya sangat sulit dijelaskan lika-likunya melalui tulisan, tapi kurang lebihnya ya gini. Masih abstrak dan tidak enak dibaca.

Deine,

Mahran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar