Sabtu, 05 September 2015

Orang Jawa

Sebelumnya tulisan ini bukan bermaksud untuk rasis, hanya saja aku ingin menyampaikan apa pandanganku terhadap orang jawa. Aku memang belum menjelajah ke seluruh pelosok Indonesia,jangan kan ke pelosok ya, keluar Pulau Jawa saja belum pernah. Cupu ya? Tapi aku menjumpai banyak dari mereka malah disini, di Jerman. Hampir dari Sabang sampai Merauke, semua berkumpul di Jerman. Jadi aku seperti bisa menjelajahi Indonesia melalui mereka. Oke, jadi ini hanya pandanganku saja ya, karena pasti setiap orang punya pandangan yang berbeda-beda. Dulu ketika aku tinggal di Jogja, lingkunganku benar-benar lingkungan orang Jawa tulen, aku nggak terlalu memperhatikan pesona mereka. Tapi kini, setelah aku menjumpai orang-orang Indonesia di negara lain dengan suku, kota yang berbeda-beda, aku mulai menyimpulkan. Orang Jawa itu memesona.
Entah bagaimana menjelaskannya, kesopanan yang dimiliki orang Jawa ketika bertemu dengan orang baru yang dikenalnya, benar-benar bisa menarik perhatian. Mungkin memang orang Jawa tidak seenak dipandang seperti orang Sunda, tapi nanti ketika kita sudah mengenal pribadi orangnya, pasti lama-kelamaan, manisnya orang Jawa itu akan terpancar. Aku tidak bermaksud memuji-muji sukuku, hanya saja ini benar. Tapi memang tidak semua orang Jawa seperti itu, mayoritas di awal pertemuan, pasti orang bisa tau kalau dia orang Jawa. Memang sih, pasti awalnya terlihat kuno, ndeso, tapi biasanya orang Jawa itu mengambil peran penting dalam sebuah komunitas. Nggak banyak gaya tapi punya pesona sehingga dihormati. 
Mungkin memang tidak semua orang Jawa baik di depan baik di belakang, kadang mereka juga "busuk" kok, hanya saja orang Jawa cenderung menyembunyikan itu di belakang. Jelek memang karena seperti "beraninya ngomong di belakang" tapi bukan itu poinnya. Poinnya adalah mereka tidak ingin menimbulkan sakit hati, atau bisa dibilang meminimalisir sakit hati atas ucapan mereka. Walaupun orang Jawa itu sukanya nyindir, ngode tapi maksud mereka biar orang yang bersangkutan punya kesadaran diri untuk tau kesalahan mereka, tidak perlu dijabarkan di depan muka. Terus ya, yang aku amati sih orang Jawa cenderung nggak banyak bicara, tapi ketika ada suatu hal yang diharapkan partisipasinya, bisa jadi orang Jawa berdiri di garis depan.
Sudah-sudah, sepertinya segini aja, apa yang mau aku utarakan. Takutnya pandanganku terlalu jauh dari realita. Hahaha. Just for share, don`t be mad! ;)

Mahran Sasmaja

Jumat, 04 September 2015

Perbedaan Kita

Langsung saja tak usah basa-basi. Aku menuliskan ini hanya sekedar curahan hati perbedaan kita. Aku disini dan kalian disana. Well, ini bukan soal cinta-cintaan yang geli-geli gimana gitu.Ini tentang belajar, sekolah, lingkungan... Ini tentang hidup. Hidupku dan hidup kalian. Aku sekarang berada jauh dari Tanah Air Indonesia, menimba ilmu, memikirkan sampai kapan uang di tabungan mampu membiayai kehidupanku tanpa aku harus bekerja, kapan aku bisa bekerja, apa yang akan terjadi di keesokan hari, apa hidupku di hari-hari kedepan masih baik-baik saja, apa yang harus aku makan, bisakah aku tanpa memasak dan beli makanan tapi aku kenyang, dan....dan..dan..
Bolehkah aku sedikit membongkar isi hati, segala cercaan dalam benak? Apa yang kalian lihat dalam foto, apa yang sering kami tunjukkan pada kalian, tidaklah seindah dan semenyenangkan seperti apa yang kalian pikirkan. Begitu banyak cobaan yang kami alami disini, tekanan bertubi-tubi, pandangan mencurigai, belum lagi susahnya bertahan. Jika kami mengunggah hal-hal yang menyenangkan itu bukan karena kami mempunyai banyak waktu untuk bersenang-senang, melainkan dikala senang kami mempunyai waktu untuk sharing. Itulah mengapa apa yang kami tunjukan bagian senangnya saja, padahal dibalik beberapa glintir kebahagiaan itu, kalau setiap masalah yang kami hadapi kami harus menangis, barangkali air mata kami sudah bisa menjadi sumber air. Ketika kami sedih, tertekan, banyak masalah, jangankan untuk sharing, untuk menangispun kami tak punya waktu. Mungkin kalian iri pada kami,ketika kami dengan hebatnya berfoto di depan bangunan khas eropa, memotret indahnya es krim dengan tatanan super asik ala-ala, dan berfoto riang dengan kawanan bule-bule tampan. Dan akhirnya kalian berkata, "ajak aku kesana doooong" atau "ihhh, asik banget sih, pengen deh kesana"  atau "aku juga pengen kuliah disana" Jujur saja, ada rasa sedikit bangga dalam diri kami karena bisa membuat kalian iri! Tapi jangan berburuk sangka dulu. Kamilah yang lebih sering iri dengan kalian. Ketika kalian mengalami kesusahan, kalian masih mempuyai waktu untuk mengunggah hal-hal tersebut ke publik dan berharap dunia harus tau. Tapi di dalam kesulitan tersebut kalian masih bisa kan main-main, nongkrong gaul, update dimana-mana lagi sama siapa, nyobain makan di cafe-cafe hitz, bolos kuliah... Sedangkan kami? Ketika kesulitan menghampiri, jangan berharap ada bahu untuk bersandar yang ada kami harus mengangkat kepala, memaksa raga bangkit menghampiri masalah itu, entah bagaimana caranya menyelesaikan tanpa perlu merepotkan orang lain. Itu artinya, sendiri. Jangan pikir ketika kami dalam masalah atau kesulitan, kami bisa nongkrong atau foto-foto, bahkan kami tidur pun berpikir, bagaimana saya harus menghadapi ini. Jika aku jabarkan apa saja hal yang memberatkan kami disini, mungkin bisa menciutkan nyali kalian ketika kalian punya keinginan untuk sekolah keluar negeri. Tapi bagi kalian yang mentalnya siap dibanting, putar balik, ditendang, dan dihina. Yuk, mari cobalah kesini. Your Life is Your Adventure! Sebenernya inti dari tulisan ini bukanlah sesuatu yag memancing perdebatan, hanya saja, wahai teman-temanku di Tanah Air, jangan kalian gampang mengeluh, hidup kalian disana masih hidup orang tua kalian juga, hidup teman kalian. Sedangkan kami disini, ini hidup kami sendiri. Aku dan diriku. Teman setanah air adalah tempat melepas rindu pada bahasa, tempat memberi saran, tapi bukan tempat untuk berbagi kesedihan. Jangankan kita membantu orang lain untuk menyelesaikan masalah, diri kita sendiripun harus memutar orak untuk menemukan jawabannya. Tapi pengalaman bisa dibagi, dari situlah kami saling membantu, dengan pengalamanlah kami peduli. Bukan hanya sekedar komentar, ribuan like atau hujan emoticon yang tidak menyelesaikan masalah.Teman-teman di tanah airku, janganlah kalian membuang-buang waktu dengan keluarga kalian, pedulilah dengan mereka,sayangilah mereka sepenuh hati, kuliahlah dengan sungguh-sungguh dan buat mereka bangga. Karena kami disini berusaha mati-matian ingin lulus, agar segera kembali dalam dekapan hangat keluarga dan sejenak melupakan rasa sepi yang hampir setiap hari hinggap di penghujung malam. Banyak-banyaklah kalian bersyukur dengan apa yang kalian makan hari ini, apa yang kalian lakukan dengan teman-teman, senyum tulus dari orang-orang tersayang, dan masih banyak yang kalian bisa syukuri. Karena kami pun sangat bersyukur ketika kami bisa makan daging halal, indomi3, atau hanya sekedar nasi goreng saja. Mungkin kalian berfikir, betapa enaknya kami bisa makan pizza, spagheti, waffle, roti setiap hari, ya tentu saja itu enak. Tapi sejujurnya bukan itu yang paling kami syukuri, yang kami sangat syukuri adalah kami masih punya waktu untuk makan. Aku hanya ingin berpesan, berbagilah kebahagian sebanyak-banyaknya, dan jika kita mampu, sembunyikanlah kepedihan rapat-rapat hanya untuk kita dan Allah SWT.
Sepertinya aku sudah cukup memadatkan cara untuk menulisakan isi hati. Sekian :)


Mahran Sasmaja